Gelegar suara sepasang gendang yang dimainkan Sekehe (penabuh) ketika sedang Nyongkolan (mengiringi pengantin), atau ketika sedang menyambut tamu kehormatan, siapapun warga Lombok pasti sudah tak asing lagi. Ya, itulah bunyi khas dari salah satu kesenian tradisional masyarakat Pulau Lombok, Gendang Beleq.
Bahkan kesenian Gendang Beleq ini merupakan icon wisata Lombok, sehingga tak heran kalau hampir setiap desa yang ada di Pulau Lombok, selalu saja ada warganya yang bergelut dengan kesenian satu ini.
Namun tahukah anda? Dibalik gemuruh suara Gendang Beleq yang mendebarkan hati tersebut, ternyata sedikit sekali orang Lombok yang bisa membuat alat musik tradisional itu. Salah satu perajin kesenian Gendang Beleq ini adalah Komang Kantun, warga Dusun Rendang Bajur, Desa Taman Sari, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat.
Dapat dikatakan, Komang Kantun ini adalah spesialis perajin Gendang Beleq di Pulau Lombok, yang karyanya tersebut hampir dipakai oleh seluruh grup kesenian Gendang Beleq yang ada di Lombok.
Karenanya, tak heran kalau hampir seluruh pemimpin grup kesenian Gendang Beleq di Pulau Lombok, mulai dari daerah Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Utara, Lombok Barat, dan Kota Mataram, semua mengenal nama besarnya sebagai pembuat alat musik tradisional Gendang Beleq.
Lantas, darimana pria sederhana pensiunan Pegawai Negeri Sipil di Taman Budaya Mataram ini mendapatkan ilmunya membuat alat musik Gendang Beleq? “Saya tidak pernah belajar dari siapapun. Saya belajar membuat alat musik Gendang Beleq ini secara otodidak, berdasarkan pengalaman ketika masih menjadi pegawai di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan NTB. Dimana saya sering mendapat tugas untuk mengurus berbagai kesenian tradisional Lombok,” ujar Komang Kantun.
Karena pekerjaannya adalah mengurusi masalah kesenian tradisional, maka otomatis dia sering berhubungan dengan para perajin alat musik tradisional, bahkan melakukan pemesanan atau pembelian untuk kepentingan kantornya.
Hanya saja, ketika dia memesan atau membeli alat-alat musik tradisional tersebut, dia sering dikecewakan oleh para perajin, baik itu terkait masalah kualitas, hingga waktu pemesanan yang tidak tepat waktu, sementara kantornya butuh segera.
Dari pengalaman itu dia merasa penasaran, dan pada tahun 1991 akhirnya termotivasi untuk membuat alat-alat musik tradisional Lombok tersebut di rumah sendiri. “Sekitar tiga bulan saya belajar membuat, gagal dan coba lagi, gagal dan coba lagi, setelah akhirnya kemudian berhasil,” jelas Komang Kantun mengenang perjuangannya.
Menurutnya, membuat Gendang Beleq itu sebenarnya tidak butuh waktu yang lama, kalau semua bahan yang dibutuhkan sudah ada, maka dalam 4 sampai 5 hari, sebuah Gendang Beleq sudah bisa diselesaikan. “Yang butuh waktu lama, sebenarnya proses pengeringan kayunya. Dimana untuk hasil maksimal, batang kayu yang akan dijadikan bahan untuk membuat Gendang Beleq harus dikeringkan selama tiga bulan,” jelasnya.
Untuk membuat Gendang Beleq sambung Komang Kantun, bahan kayu yang dipakai biasanya dari jenis kayu yang ringan seperti albasia, sengon, randu dan lainnya. Tetapi karena kayunya dari jenis yang ringan, maka untuk lubang tengahnya harus dilakukan secara bertahap sebanyak 5 kali proses pelubangan.
Berikutnya setelah kayu siap, kulit binatang yang dipakai bahan juga bukan kulit sembarangan, tetapi harus memakai kulit kambing yang bulunya berwarna putih. “Untuk gendang yang biasa di pukul (sisi sebelah kanan), biasanya kita pakai dari kulit kambing jantan. Sedangkan gendang yang di tepuk (sisi sebelah kiri) dipakai kulit kambing jenis betina,” ujarnya.
Apa alasannya? “Kulit kambing yang bulunya berwarna putih, bisanya tidak mudah pecah ketika di pukul. Ini berbeda dengan kulit kambing yang bulunya berwarna hitam, atau campuran antara warna hitam dan putih, ketika di pukul mudah sekali pecahnya. Saya tidak tahu apa penyebabnya, tetapi ini berdasar pengalaman pribadi saya membuat Gendang Beleq,” katanya.
Tetapi kayu yang ringan dan kulit kambing itu khusus untuk membuat Gendang Beleq saja. Kalau membuat gendang biasa atau yang lebih kecil, maka bahan yang dipakai agar bagus dan berkualias justeru kayu yang berat seperti kayu kelapa, mahoni, nangka dan lainnya, dengan bahan kulit dari sapi atau kerbau untuk sisi gendang.
Lantas, berapa harga yang di patok Komang Kantun untuk mendapatkan seperangkat alat musik tradisional Gendang Beleq tersebut? “Untuk satu set alat musik tradisional Gendang Beleq yang terdiri dari Reong sebanyak 9 buah, Gendang Beleq 2 buah, Oncer 1 buah, Gong 2 buah, Kenceng 20 pasang, dan Suling 1 buah, sekarang harganya telah mencapai Rp 28 juta,” papar Komang Kantun.(sslelono)
bisa minta kontak personnya ya?
BalasHapusbisa minta kontak personnya ya?
BalasHapusBisa minta kontak personnya
BalasHapusBisa minta kontak personnya
BalasHapusboleh minta kontak person??
BalasHapus