Tradisi Bisoq Beras, atau mencuci beras di mata air, atau sungai dalam pelaksanaan begawe (acara) masyarakat di pulau Lombok, seperti perkawinan, sunatan, syukuran, dan lainnya, merupakan cermin budaya gotong royong yang sudah menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
Acara ini, biasanya dilakukan para remaja, dengan diiringi gamelan Gendang Beleq, dimana tradisi ini biasanya juga dilakukan pada malam hari, yakni sekitar pukul 20.00 Wita atau 21.00 Wita.
Entah kapan dimulainya tradisi Bisoq Beras ini, belum ada satu sumber yang mengetahui secara persis. Namun mengingat tradisi ini memiliki unsur yang sangat penting dalam sosial kehidupan manusia, maka dengan sendirinya terus bertahang, dan tak terkalahkan oleh perkembangan zaman.
“Bahkan sebagai salah satu unsur budaya asli Lombok, tradisi Bisoq Beras tentu ini perlu dilestarikan. Karena dalam pelaksanaannya memiliki sifat gotong royong, sehingga perlu dipertahankan,” kata Datu Tashadi Putra, salah seorang pemerhati budaya Lombok.
Pada dasarnya, tradisi Bisoq Beras ini memiliki makna yang lebih spesifik lagi, terutama pada acara perkawinan. “Acara Bisoq Beras ini dilakukan, karena dalam sifat manusia itu biasanya juga tidak terlepas dari sifat lupa. Dan dalam upacara perkawinan ini, semua anggota keluarga dan masyarakat diharapkan bisa hadir untuk menyaksikan, karena tak jarang anggota keluarga dekat juga ada yang lupa diundang, karena beberapa faktor dan penyebab lainnya,” ujar Datu Tashadi Putra.
Dan setelah melihat proses pelaksanaan Bisoq Beras yang biasanya memang dilakukan dengan cara berkeliling kampung dan melibatkan orang banyak, serta diiringi dengan kesenian Gendang Beleq, maka keluarga yang lupa diundang itu diharapkan akan mengetahui, dan akhirnya bisa hadir, meskipun tanpa melalui proses Menyilaq, atau undangan.
Tata cara pelaksanaan Bisoq Beras sendiri menurut Datu Tashadi Putra, biasanya dilakukan pada malam hari. “Dengan rombongan, pemuda – pemudi desa dimana acara itu berlangsung, semua saling bahu membahu membawa beras dengan wadah dari anyaman bambu, untuk di cuci di mata air atau sungai,” ujarnya.
Bagi pemuda dan pemudi, acara Bisoq Beras ini juga memiliki makna yang khusus, karena pada kesempatan itu biasanya pemuda bisa melakukan pendekatan kepada pemudi yang disukainya. Selama perjalanan mencuci beras, pemuda biasanya mendekati gadis yang diincarnya dengan cara mengajaknya bersama – sama membawa beras. Jika gadis yang disukainya itu merespon, pasti mau diajak, namun sebaliknya kalau tidak suka dengan pemuda yang mengajaknya, maka mereka akan menolak.
“Dari ajang sosialisasi ketika melakukan acara Bisoq Beras ini, berikutnya kalau cocok bisa saja dilanjutkan dengan acara Midang, atau berkunjung ke rumah gadis yang dikenalnya saat acara Bisoq Beras itu,” kata Tarpiin, salah seorang pemuda Desa Tanjung, Lombok Utara.
Dan ujung ceritanya tentu sudah bisa di tebak lanjut Tarpiin, awalnya menghadiri acara Bisoq Beras ketika acara perkawinan saudara atau tetangga, berikutnya giliran mereka yang mengundang saudara atau tetangga untuk datang menghadiri acara perkawinan mereka, yang sudah tentu juga ada acara Bisoq Beras-nya.(sslelono)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar