Meskipun batal dihadiri oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudoyono dan Wakil Presiden RI, Budiono, peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke XXX di Kebun Inti Puyung, Kabupaten Lombok Tengah, Rabu, 20 Oktober 2010 lalu tetap berlangsung semarak. Sebagai penggantinya, kegiatan dibuka secara resmi oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat RI, Agung Laksono.
Dalam sambutannya, Agung Laksono mengatakan, meskipun jumlah penduduk miskin di Indonesia saat ini telah mencapai 31 juta orang dari total penduduk Indonesia yang sebesar 236 juta orang, namun ancaman kelaparan tidak terjadi kepada rakyat Indonesia.
“Di Indonesia tidak ada rakyat yang kelaparan, karena Indonesia mampu melaksanakan kemandirian pangan,” ujarnya.
Dikatakan Agung Laksono, orang kelaparan di seluruh dunia pada tahun 2010 ini telah mencapai 1miliar orang lebih. Angka ini merupakan keprihatinan penduduk dunia, dan harus dihadapi secara bijak dan penuh kebersamaan, tanpa mementingkan kelompok-kelompok, atau komunitas tertentu.
“Ada beberapa factor yang menyebabkan terjadinya kelaparan, antara lain kemiskinan struktural, krisis ekonomi global, peningkatan harga pangan, perubahan iklim yang ekstrim, dan faktor bencana alam,” paparnya.
Masa mendatang, isu pangan akan terus menjadi agenda pokok nasional, selain juga menjadi agenda dunia. Dan sebagai bangsa yang memiliki potensi sumber daya alam yang cukup besar menurut Agung Laksono, sudah seharusnya Indonesia mampu menyediakan pangan bagi negerinya sendiri, sekaligus bagi pangan dunia. “Tentu saja perlu ada optimalisasi sumber pangan dari dalam negeri, terutama pangan local,” jelasnya.
Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) TGH M Zainul Majdi, MA, mengatakan, peningkatan jumlah penduduk tentu akan dibarengi dengan bertambahnya permintaan terhadap konsumsi pangan. Dan sebagai konsekuensi dari peningkatan penduduk, serta pembangunan, tentu akan mempersempit area lahan produksi pertanian, sehingga produksi pertanian terancam semakin berkurang.
“Selain itu, kita masih dihadapkan pada berbagai kendala seperti kurangnya pemanfaatan teknologi, tingkat ketergantungan masyarakat terhadap beras yang masih tinggi, turut melemahkan upaya mewujudkan ketahanan pangan,” ucap Zainul Majdi.
Karenanya, perlu ada kemandirian pangan untuk memerangi kelaparan. Sebab, pemenuhan kebutuhan pangan merupakan masalah krusial yang perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak.
Puncak peringatan HPS ke XXX itu, juga dihadiri Menteri Pertanian RI, Suswono dan Wakil Menteri Pertanian RI, Bayu Krisnamurthi, Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) RI, Helmy Faishal Zaini, kemudian Gubernur NTB, TGH M Zainul Majdi, MA, serta para Bupati dan Walikota seluruh NTB.
Selain itu, turut juga hadir Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, Martani Huseini, dan Staf Ahli Menteri Kehutanan RI Bidang Kelembagaan, Hadi Susanto Pasaribu.
Yang istimewa, kegiatan juga dihadiri sejumlah Duta Besar Negara sahabat, dan Perwakilan Lembaga Pangan Dunia (FAO) di Indonesia, James McGrane, serta ribuan peserta HPS ke XXX dari 33 provinsi seluruh Indonesia.
Sehari sebelum puncak peringatan HPS XXX, kegiatan telah diawali dengan "Diplomatic Tour" bagi para Duta Besar, atau Diplomat Negara sahabat ke berbagai obyek wisata yang ada di Pulau Lombok. Rombongan berangkat dari lokasi penginapan di kawasan wisata Pantai Senggigi menuju Taman Narmada, dan langsung disambut oleh Wakil Bupati Lombok Barat, H. Mahrip.
Di Taman Narmada itu, para diplomat terlihat meninjau lokasi air awet muda yang ada di kompleks taman peninggalan Raja Lombok ratusan tahun silam, yang konon kalau membasuh muka dan minum airnya, diyakini dapat membuat sesorang awet muda.
Selanjutnya rombongan menuju ke sekolah menengah pertama negeri 1 Sikur, Kabupaten Lombok Timur, bertemu para siswa sekaligus melakukan tabur benih ikan.
Para diplomat juga melakukan penanaman pohon di Dusun Sade, Desa Rembitan, Kabupaten Lombok Tengah, dimana kedatangan rombongan di sambut dengan tarian dan iringan kesenian Gendang Beleq (Big Drum). Berikutnya berkunjung ke lokasi pusat pembuatan Gerabah di Desa Banyumulek, Kabupaten Lombok Barat, untuk kemudian menuju lokasi kerajinan mutiara di Selagalas, Kecamatan Sandubaya, Kota Mataram. Dan malam harinya di sambut "Welcome Dinner" di Pendopo Gubernur NTB.(sslelono)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar