Potensi pariwisata alam dan budaya di Indonesia, khususnya di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), seakan tidak ada habisnya untuk dibicarakan dan dikembangkan. Hal ini merupakan anugerah tersendiri bagi bangsa Indonesia, karena memiliki tempat lain di dunia yang bisa dibanggakan.
Sejalan dengan upaya untuk menyelamatkan Taman Nasional Gunung Rinjani, saat ini pengembangan jasa lingkungan dan pariwisata mulai banyak didiskusikan. “Pengembangan destinasi pariwisata NTB sendiri, diarahkan untuk memperoleh peningkatan kualitas dan peningkatan kompetensi kapasitas yang memiliki nilai lebih. Sehingga kedepan bisa memberikan pengaruh kepada wilayah dan pemberdayaan masyarakat melalui penguatan manfaat secara berkelanjutan,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB, Drs Lalu Gita Aryadi MSi, dalam sosialisasi Eco Lable Taman Nasional Gunung Rinjani, Selasa (4/8/2009).
Selain itu, upaya pengembangan pariwisata alam secara langsung, juga dapat mengerem laju pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan yang merusak. Karena disadari, peran hutan sebagai kawasan konservasi, tidak terbatas hanya untuk menghasilkan kayu saja, tetapi bisa dikembangkan menjadi jasa lingkungan dan pariwisata.
Pengembangan Taman Nasional Gunung Rinjani yang komprehensif dan integral, dengan prinsip pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan dan berbasis pada masyarakat, merupakan mata rantai dalam pembangunan kepariwisataan daerah.
“Prospek strategis pariwisata di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, tentu perlu memiliki aturan yang jelas dan tegas untuk menyelamatkan kawasan tersebut, dengan memberikan logo “Eco Lable” yang memiliki lima prinsip, yakni prinsip konservasi, prinsip partisipasi masyarakat, prinsip edukasi & rekreasi, prinsip ekonomi dan terakhir prinsip kendali,” tutur Gita Aryadi.
Sebagai informasi, yang dimaksud dengan sosialisasi Eco Lable, adalah sosialisasi draft awal peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI tentang kriteria dan indikator ekowisata Indonesia (KIE) untuk penyusunan draft final peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI.
Untuk itu, Taman Nasional Gunung Rinjani yang selama ini sudah ikut berperan menjadi penyumbang devisa bagi pemerintah daerah, harus digarap secara serius, terarah dan profesional. “Harapan kami, draft peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI nanti bisa menjadikan Taman Nasional Gunung Rinjani sebagai salah satu destinasi ekowisata utama yang berkelanjutan, berbasis masyarakat dan berdaya saing global,” harap Gita Aryadi.
Tak hanya itu, melihat potensi di wilayah NTB, yakni keberadaan Taman Nasional Gunung Rinjani di Pulau Lombok dan Gunung Tambora di Pulau Sumbawa. Maka kalau di Provinsi Manado ada WOC (World Oceanic Conference), mengapa di NTB tidak diselenggarakan WEC (World Eco Tourism Conference), sambung Gita Aryadi berharap.
Menanggapi harapan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB itu, Direktur Produk Wisata Ditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, Achyaruddin, menyatakan bahwa hal ini tentu menjadi perhatian serius dan segera dikonsultasikan dengan pihak-pihak terkait.
“WEC ini adalah masukan yang baru bagi saya. Tetapi kalau memang NTB serius hendak mencoba, maka kami segera melakukan koordinasi dengan teman-teman yang ahli di bidang ini untuk mendapat masukan. Kira-kira konteks apa yang bisa diangkat sebagai isu dalam WEC itu nanti,” kata Achyaruddin.
Dia sadar, kedua gunung di wilayah NTB tersebut, Gunung Rinjani (3726 meter) dan Gunung Tambora (2851 meter), memiliki sejarah panjang yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Sehingga tepat kalau NTB dijadikan tuan rumah untuk penyelenggaraan even internasional seperti WEC. “Konteks yang dibahas nanti, bisa jadi apa keterkaitan antara gunung-gunung di Indonesia? Mengapa kalau satu gunung berapi di Indonesia meletus, gunung lainnya juga bergiliran meletus?” ujar Achyaruddin seraya menyampaikan, itu baru satu contoh ide untuk konteks yang dibahas di WEC kalau jadi terlaksana.
Khusus untuk Gunung Rinjani, bersama dengan dua gunung lainnya di Indonesia, yaitu Gunung Batur (Bali) dan Gunung Sewu (Pacitan - Jawa Timur), telah diusulkan pihak Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI untuk menjadi Geo Park. “Gunung Rinjani layak diusulkan menjadi Geo Park, karena selain memiliki keunikan dari segi geologis dan pemandangan alam, terutama adanya kaldera Danau Segara Anak dan air terjun. Taman Nasional Gunung Rinjani juga dikelola secara profesional oleh Rinjani Treck Manajemen Board (RTMB), sebuah badan yang terdiri atas pemerintah, swasta, masyarakat dan pelaku pariwisata,” kata Acyaruddin yakin.
Dan kalau usulan Gunung Rinjani menjadi Geo Park ini diterima Unesco (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization), maka ini merupakan yang pertama di Indonesia, kedua di Asia Tenggara setelah Pulau Langkawi di Malaysia dan yang ke 54 di dunia.(sslelono)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar