Berkeliaran di Pasar Burung Cakranegara, Kota Mataram, bagi sebagian penghobi binatang berkicau di Pulau Lombok mungkin bukan kelakuan yang aneh lagi. Selalu saja ada informasi baru tentang burung yang bisa mereka dapatkan, entah itu terkait jenis burung, harga burung, pakan burung, atau yang hanya sekedar duduk untuk mendengarkan suara merdu burung yang tengah berkicau.
Kalau penghobi burung ini dalam hunting-nya ke Pasar Burung Cakranegara ada mendengar burung baru, apalagi memiliki kicau yang bagus, maka tawar-menawar harga segera terjadi. Tawar-menawar, karena dalam hal harga, belum ada acuan pasti yang bisa dijadikan patokan untuk harga burung.
Hanya saja, para penghobi burung ini seperti sudah sama-sama maklum dan mengerti, kalau burung dengan jenis seperti ini, harganya sekian, kemudian jenis lain harganya juga sekian. Selanjutnya, tinggal kelihaian diplomasi saja yang dibutuhkan.
Menurut Pak Din, salah seorang pedagang burung asal Kelurahan Taliwang, Kecamatan Cakranegara, yang mengaku sudah sejak tahun 1998 berdagang burung di Pasar Burung Cakranegara. Dunia perdagangan burung itu banyak seninya, tetapi semua itu sungguh menyenangkan.
“Orang yang datang ke pasar burung itu karakternya beda-beda, terkadang mereka seharian datang hanya untuk duduk-duduk saja sambil ngobrol, seraya mengamati burung-burung yang tergantung. Ada juga yang datang, bertanya jenis burung, dan kalau cocok saat tawar-menawar, bayar, maka burung langsung dibawa pulang,” ujar Pak Din.
Jenis burung apa saja yang diperjualbelikan oleh Pak Din, dan berapa harga masing-masing burung tersebut? “Bermacam-macam, ada burung Punglor kepala merah yang kalau sudah ngrewe (pandai berkicau), harganya sekitar Rp 250 ribu. Kemudian burung Komodrong harganya sekitar Rp 100 ribu, burung Cucak Rante harganya sekitar Rp 150 ribu, burung Kecial harganya sekitar Rp 50 ribu, burung Kenyeling harganya sekitar Rp 50 ribu, dan lain-lain,” jelas Pak Din.
Lantas, darimana Pak Din mendapatkan burung-burung yang diperjualbelikan tersebut? “Saya mendapatkan burung dagangan saya ini dari para penjual burung yang berdatangan dari berbagai pelosok di Pulau Lombok,” ujarnya seraya menambahkan, rata-rata burung yang dia jual adalah burung yang baru di tangkap, sehingga kualitas suara atau keindahan bulunya juga masih perlu perawatan.
Namun jenis burung-burung baru inilah yang menurutnya justeru diminati para penghobi burung. “Para penghobi burung yang datang ke Pasar Burung Cakranegara ini ibaratnya sedang berjudi. Kalau burung yang dia beli itu setelah beberapa lama dipelihara ternyata memiliki kicau yang bagus, maka berarti keuntungan yang tinggi baginya, karena harganya bisa naik puluhan kali lipat dari harga ketika dia beli,” ujar Pak Din.
Itu kalau bicara tentang burung, bagaimana dengan binatang Iguana yang juga ada diperjual belikan di Pasar Burung Cakranegara? “Kalau Iguana jelas bukan binatang asli Pulau Lombok, jadi harganya juga mahal, sekitar 1,5 juta rupiah,” ucapnya.
Perputaran ekonomi yang terjadi di Pasar Burung Cakranegara, ternyata tak hanya menguntungkan para pedagang burung saja, pedagang pakan burung dan juga penjual sangkar burung, pedagang aneka makanan/minuman, termasuk tukang parkir kendaraan juga ikut menikmati.
Pak Sukri misalnya, salah satu pedagang pakan burung, dalam sehari minimal dia berhasil menjual pakan burung beraneka macam, mulai dari pakan burung buatan local, hingga buatan pabrik, dengan nilai penjualan rata-rata mencapai Rp 400 ribu.
Hal itu tak aneh, mengingat harga pakan burung termasuk lumayan mahal. “Pakan burung seperti binatang jangkrik itu misalnya, harga per kilogram bisa mencapai Rp 80 ribu sampai Rp 90 ribu,” bebernya.
Sebelum berdagang pakan burung lanjutnya, dia mengaku termasuk salah satu penghobi burung yang fanatic. “Hampir setiap hari saya selalu menyempatkan diri untuk datang ke Pasar Burung Cakranegara, meskipun hanya sekedar untuk melihat-lihat saja, bukan berniat beli,” terang pria asal Kabupaten Bima, yang kini tinggal di Majeluk, Kota Mataram ini.
Namun lama-kelamaan, akhirnya dia terpikir untuk berdagang pakan burung di Pasar Burung Cakranegara. Selain mendapatkan hasil secara ekonomi, dengan berdagang pakan burung dia juga bisa melihat-lihat burung yang baru datang. “Kalau ada yang cocok harganya, tentu saya beli dan bawa pulang,” ujarnya tersenyum.
Lain lagi dengan Pak Dan, tukang parkir kendaraan, dalam sehari mulai dari Pasar Burung Cakranegara buka sekitar pukul 07.30 Wita, hingga tutup sore harinya sekitar pukul 18.00 Wita, dia berhasil mengantongi uang hingga Rp 500 ribu.
“Tetapi uang sebanyak itu bukan saya sendiri yang menikmati, sebagian hasilnya di setor ke pemerintah, dan sisanya kami bagi rata dengan para tukang parkir lain yang bertugas,” kata Pak Dan.(sslelono)
Penjual buruh di pasar ini memang terbilang ramai...walaupun belum pernah sempat masuk...
BalasHapusWISATA LOMBOK SUMBAWA