52 Bendera Provinsi NTB Berkibar di Puncak Gunung Rinjani
Pendakian massal ke Gunung Rinjani yang di gagas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dalam program “Rinjani Begawe” (Pesta Rinjani), dengan tujuan mengibarkan 52 bendera Provinsi NTB di puncak Segara Muncar yang memiliki ketinggian 3.726 meter dari permukaan laut, akhirnya sukses.
Hari Minggu tanggal 21 November 2010, sekitar jam 05.30, dengan di pimpin Komandan Detasemen Polisi Militer IX/2 Mataram, Letnan Kolonel CPM Yudi Amiruddin, 25 orang pendaki berhasil menjejakkan kakinya di puncak tertinggi di Pulau Lombok tersebut untuk menyandingkan bendera Merah Putih dan 52 bendera Provinsi NTB.
Dari Plawangan Sembalun, base camp terakhir sebelum ke puncak, ke 25 pendaki tersebut berangkat sekitar jam 02.00. Setelah melalui rute perjalanan mendaki yang melelahkan selama 3,5 jam, dengan kemiringan medan pendakian bahkan ada yang mencapai 45 derajat, sehingga harus menggunakan tali, akhirnya satu per satu pendaki berhasil mencapai puncak.
“Alhamdulillah (ucapan syukur kepada Tuhan), apa yang menjadi niat kami dalam memperingati hari ulang tahun Provinsi NTB ke 52 yang jatuh pada tanggal 17 Desember 2010, yaitu menancapkan 52 bendera Provinsi NTB di puncak Gunung Rinjani bisa tercapai,” ujar pimpinan tim pendaki ke puncak, Letnan Kolonel CPM Yudi Amiruddin.
Sebenarnya, jarak antara Plawangan Sembalun dan Puncak Segara Muncar tidak terlalu jauh, tetapi medan perjalanan yang didominasi gurun pasir, dan diantaranya ada tanjakan yang cukup ekstrim (45 derajat), membuat perjalanan ke puncak menjadi cukup lama.
“Bagaimana tidak, setiap kaki melangkah naik, karena medannya pasir, maka kaki akan kembali turun setengah langkah, hal ini yang cukup menguras tenaga kami,” kata Yadin Black, salah satu pendaki yang juga seorang jurnalis media local di NTB.
“Tetapi begitu sampai di puncak, apalagi bersamaan watunya dengan matahari terbit, di jamin menjadi sebuah pengalaman indah yang akan di kenang seumur hidup. Kita bisa melihat sekeliling pulau Lombok, di arah barat tampak berdiri dengan megahnya Gunung Agung di Bali, sementara di sebelah timur, di balik semburat merah matahari terbit, terlihat berdiri dengan kokohnya Gunung Tambora di pulau Sumbawa,” sahut Ahmad Irsan, anggota Badan SAR Nasional NTB.
Setelah menancapkan 52 bendera Provinsi NTB di puncak, dan mengabadikan momen yang sangat indah tersebut, tim pendaki puncak akhirnya kembali turun ke Plawangan Sembalun, tiba sekitar jam 08.00, untuk kemudian setelah sarapan, perjalanan kembali dilanjutkan menuju ke Danau Segara Anak, tepat jam 09.00.
Dari Plawangan Sembalun, perjalanan turun ke Danau Segara Anak bisa di tempuh dalam waktu sekitar 3 jam, sehingga tepat jam 12.00, semua pendaki sudah sampai di base camp yang telah disiapkan para porter (pengangkut barang) di pinggir danau sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
Sampai di Danau Segara Anak, para pendaki terlihat sibuk dengan urusannya masing-masing. Bagi yang suka mancing, mereka tampak mempersiapkan alat pancingnya, untuk kemudian mencari lokasi mancing di pinggir danau.
Demikian pula yang penasaran dengan keindahan “Goa Susu” yang selama ini hanya mereka dengar dari cerita para pendaki yang telah berkunjung ke lokasi tersebut, tanpa mengenal lelah beberapa pendaki segera bersiap-siap menuju ke lokasi.
Dan memang betul, keindahan panorama dalam goa yang tidak terlalu besar ini memang nyata, dengan bertebarannya stalagmit dan stalagtit berwarna coklat bersemu putih. Dimana pada ujung stalagtit yang menghadap bawah, menetes air yang tiada henti, untuk kemudian tetesan air itu bersatu dengan aliran air panas berwarna agak putih yang bersumber dari mata air dari dalam goa.
Aliran air panas dengan bau belerang itu kemudian mengalir ke dalam beberapa kolam yang ada di depan Goa Susu, dimana para pendaki biasa berendam di dalamnya untuk menghilangkan capek, dan pegal-pegal setelah melakukan pndakian yang cukup melelahkan.
Di tempat ini juga terdapat “Goa Payung” yang tepat berada di atas Goa Susu. Uniknya, pintu masuk ke dalam goa ini hanya berukuran lingkar badan manusia saja, yang konon menurut cerita, hanya orang yang memiliki tujuan mendaki baik saja yang berhasil masuk didalamnya.
“Meskipun badannya gemuk, asalkan memiliki tujuan yang bagus, maka orang itu pasti berhasil masuk ke dalam goa. Tetapi sebaliknya, memiliki tubuh yang kurus, kalau tujuannya tidak baik maka orang tersebut tidak akan berhasil masuk,” jelas Amaq Rajin, salah satu porter asal Desa Senaru, Kecamatan Bayan, Lombok Utara.
Penulis sendiri berhasil masuk ke dalam Goa Payung yang besarnya kira-kira berukuran 10 X 10 meter, namun hanya mampu bertahan selama 10 menit saja, karena di dalam goa ternyata udaranya panas. “Bagi yang terbiasa mandi sauna, Goa Payung ini tentu menjadi surga ketika mendaki ke Gunung Rinjani,” ujar Amaq Rajin.
Sumber mata air panas ini ternyata tak hanya ada di Goa Susu, di dekat pinggiran Danau Segara Anak, sekitar 100 meter, juga ada pemandian air panas yang di sebut Aiq Kalaq (air mendidih). Tempat ini biasa dipakai para pendaki local untuk berendam, karena diyakini, dengan berendam di tempat ini bisa menghilangkan berbagai penyakit kulit.
Selain itu, warga pulau Lombok juga sering melakukan ritual magis untuk mengetes keampuhan berbagai senjata sakti atau bertuah yang dimiliki seperti keris, tombak, pedang, dan lainnya, dengan merendamnya di Aik Kalaq. Bagaimana dan seperti apa pelaksanaannya, penulis tidak berhasil mendapatkan keterangan, karena dalam soal ini mereka biasanya bersikap tertutup/rahasia.
Tempat tujuan lain yang biasa menjadi tujuan para pendaki ketika berada di Danau Segara Anak, yaitu melakukan pendakian ke “Gunung Baru”, anak Gunung Rinjani yang ada di pinggir danau, dan masih aktif sampai sekarang.
Untuk mencapai tempat ini, bisa di tempuh dengan cara berjalan menyusuri pinggiran danau, jarak tempuh sampai di puncak Gunung Baru dari base camp sekitar 4 jam. Sayangnya, pendakian ke Gunung Baru hingga kini masih belum aman, karena gunung ini masih menunjukkan aktifitasnya yang membahayakan.(sslelono)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar