Keindahan hamparan pasir putih yang membentang sepanjang pantai Maluk, Kecamatan Jereweh, Kabupaten Sumbawa Barat, kini semakin lengkap saja dengan kehadiran sebuah bangunan permanen berbentuk persegi empat di pinggir pantai, yang dihajatkan untuk penangkaran satwa langka, penyu.
Rumah penyu yang memiliki fasilitas tiga buah kolam penampungan untuk penyu yang telah menetas, sebuah akuarium besar untuk display bagi pengunjung, serta sepanjang sisi pagar terdapat bidang-bidang pasir untuk menempatkan telur penyu yang akan ditetaskan itu, merupakan bantuan dari PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT).
Adalah Taha Salim, warga Maluk yang mengawali untuk peduli terhadap pelestarian penyu di sekitar pantai Maluk. Tanpa lelah, pria separuh baya ini setiap hari mulai mengumpulkan telur penyu yang dijumpai tengah dijual di pasar oleh penduduk, untuk kemudian dibeli dan ditetaskan dirumahnya. Dan setelah telur penyu menetas, anak penyu tersebut kemudian dia pelihara hingga siap waktunya untuk dilepaskan kembali ke laut.
Hanya saja, karena telur penyu yang dijual di pasar-pasar ini berada terlalu lama di luar habitatnya, dan banyak terjamah oleh tangan, keberhasilan penetasan telur penyu yang dilakukan Taha Salim menjadi tidak maksimal. “Dari 100 telur penyu yang akan ditetaskan, mungkin yang berhasil menetas hanya sekitar 20 saja,” ujarnya.
Namun hal itu tak membuat Taha Salim menjadi putus asa, dengan segala upaya, dan menggunakan uang pribadi, dia terus berburu telur penyu di pasar-pasar untuk ditangkarkan.
Selain itu, dia juga tak henti-hentinya menyadarkan perilaku masyarakat, agar tak lagi mengkonsumsi telur penyu, yang keberadaannya sendiri sudah sangat langka. Bahkan satwa ini juga telah dilindungi oleh Undang-undang, dimana yang melanggar dapat dikenakan hukuman pidana.
Perjuangan Taha Salim di bidang lingkungan ini semakin giat, apalagi setelah pihaknya kemudian mendapat bantuan dari PTNNT, yang membangunkan rumah untuk penangkaran penyu di pinggir pantai Maluk. Sehingga pantai yang memang memiliki pemandangan menakjubkan ini, dengan kehadiran rumah penyu, menjadi semakin lengkap saja sebagai daerah tujuan wisata.
Dahulu ketika musim penyu bertelur, yakni sekitar bulan Januari sampai Juli, pantai Maluk ini merupakan daerah pendaratan bagi penyu yang akan bertelur. “Ada sekitar 15 penyu setiap malam yang mendarat untuk bertelur di pinggiran pantainya. Tetapi karena banyak penduduk sekitar yang memperjualbelikan telur penyu ini untuk di konsumsi, sekarang paling hanya 2 penyu saja yang mau mendarat,” tutur Taha Salim.
“Saat ini, kami sedang berusaha menetaskan 6.700 telur penyu. Dan di kolam penampungan sendiri ada sekitar 600 anak penyu, terdiri dari penyu Blimbing yang memang sangat langka sebanyak 21 ekor, dan sisanya adalah penyu Hijau,” jelas Taha Salim seraya menyampaikan, rumah penyu ini dikordinir oleh dia sendiri, dan tiga orang petugas lainnya secara bergantian.
Sementara Manajer Hubungan Eksternal PTNNT, H. Kasan Mulyono, yang dijumpai di tempat sama menyatakan, apa yang dilakukan perusahaan dengan membangunkan rumah penangkaran penyu di pantai Maluk ini, merupakan komitmen dari PTNNT terhadap pelestarian lingkungan.
“Lokasi pembangunan rumah penyu yang ada di kawasan publik, sekaligus dapat menjadi pembelajaran yang sangat bagus bagi masyarakat, agar tergerak hatinya untuk ikut terlibat dalam pelestarian satwa penyu,” ucap H. Kasan Mulyono.
Terkait perijinan penangkaran satwa langka? Kembali Kasan Mulyono menyatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan kepala dinas terkait di Kabupaten Sumbawa Barat, dan kini sedang mengurus perijinan terkait penangkaran satwa langka penyu di Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kabupaten Sumbawa Barat.(sslelono)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar