Mengamati tingkah laku binatang kelelawar ketika migrasi mencari makanan dari Pulau Sumbawa ke Pulau Lombok yang terjadi sekitar bulan Maret, April dan Mei, setiap tahun, yaitu ketika pohon imbe sedang berbunga, ternyata menjadi petualangan yang sangat menarik bagi para wisatawan.
Gelapnya malam di tengah suasana hutan di pinggiran Gunung Rinjani, tepatnya di sekitar daerah Labuhan Lombok, Kabupaten Lombok Timur, menjadi medan yang cukup menantang untuk dijelajahi kalau ingin melihat kehidupan binatang malam yang dikenal memiliki indera pendengaran sangat tajam ini.
Dengan berkelompok, biasanya per kelompok terdiri dua wisatawan dengan seorang pemandu, setelah makan malam sekitar pukul 20.00 Wita (Waktu Indonesia Bagian Tengah) di sekitar lokasi medan perburuan. Berikutnya pada pukul 21.00 Wita, petualangan berburu binatang kelelawar-pun segera dimulai.
Oleh pemandu masing-masing kelompok, mereka akan di bawa masuk ke dalam hutan, menyusuri sawah, kebun, tebing, serta sungai berliku, dan setelah sampai di lokasi yang terdapat banyak pohon imbe, di bawah pohon tersebut mereka berhenti sejenak untuk mencari posisi pengamatan, dan mempersiapkan segala peralatan yang di bawa untuk keperluan berburu.
Ketika lampu senter yang dibawa oleh pemandu menyala dengan terangnya menyorot gerombolan kelelawar yang menggantung di cabang-cabang pohon imbe sedang menikmati kelezatan bunga yang sedang mekar. Sejurus kemudian, seiring dengan riuh rendah kelelawar yang berterbangan kesana-kemari karena merasa terganggu oleh nyala senter tersebut, maka detik berikutnya kilatan-kilatan cahaya akan segera menyusul keluar dari senjata yang dibawa masing-masing wisatawan.
“Jangan salah sangka, kilatan-kilatan cahaya itu bukan keluar dari senjata api atau senapan yang biasa dipakai untuk berburu binatang liar, tetapi kilatan cahaya tersebut adalah kilatan lampu blitz, atau lampu sorot yang keluar dari kamera foto maupun kamera video yang di bawa para wisatawan,“ kata Baiq Dewi Djapa, pemilik Lombok Lestari Tour & Travel (Lori Tours).
Dalam perburuan kelelawar yang rentang sayapnya memiliki panjang sekitar 2 meter, dengan badan kelelawar hampir sebesar binatang kucing tersebut jelas Dewi Djapa, sama sekali bukan untuk menangkap atau membunuh binatang yang termasuk langka ini. Tetapi murni hendak menawarkan sebuah paket tour alternative yang bisa dinikmati oleh wisatawan yang kebetulan sedang berkunjung ke Pulau Lombok.
“Dan satu-satunya travel agent di Pulau Lombok yang mempunyai paket tour berburu binatang kelelawar ini adalah kami, Lori Tours. Dengan membayar biaya sebesar 100 dolar Amerika per orang, kami siap membawa wisatawan bertualang ke alam bebas pada malam hari. Biaya tersebut termasuk transportasi, dinner, dan pemandu,” ujar Dewi Djapa.
Teknisnya lanjut Dewi Djapa, pihak travel (Lori Tours) akan menjemput tamu dari hotel sekitar pukul 18.00 Wita, kemudian berangkat ke lokasi perburuan kelelawar di Lombok Timur dengan lama perjalanan sekitar 1,5 jam. Berikutnya pukul 20.00 Wita makan malam di perkampungan penduduk di sekitar lokasi, dan pukul 21.00 Wita siap melakukan perburuan.
“Usai berburu kelelawar sekitar pukul 23.00 Wita, dalam perjalanan kembali ke base camp, wisatawan akan disuguhi jagung bakar, atau ubi bakar yang merupakan hasil kebun penduduk setempat. Dan pukul 02.00 Wita, tamu sudah kembali ke hotel masing-masing,” terang Dewi Djapa.
Paket tour berburu kelelawar tersebut menurut Dewi Djapa, mungkin terdengar aneh dan hal yang masih baru. Namun sebagai daerah yang telah di kenal dunia sebagai daerah tujuan wisata, para pelaku wisata di Provinsi NTB ini harus menciptakan berbagai kreasi dan inovasi baru, dalam hal ini memperbanyak penyusunan paket-paket wisata yang ada, sehingga dapat menarik minat para wisatawan untuk berkunjung.
Tak hanya pada saat musim pohon imbe berbunga saja ada kelelawar di Lombok Timur, ketika musim pohon randu berbuah sekitar bulan Juni dan Juli, kelelawar yang dalam bahasa setempat disebut “Bukal Celeng” ini juga akan datang untuk makan buah pohon randu.(sslelono)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar