Pemerintah Republik Federal Jerman melalui Wakil Dubes Jerman untuk Indonesia, Ruppert, Sabtu (4/4/09) kemarin melakukan peresmian program Partner Sculen (Pasch), atau sekolah mitra menuju masa depan di SMAN 3 Mataram.
Era globalisasi sekarang ini, penguasaan satu jenis bahasa asing saja (Bahasa Inggris), tidaklah cukup. Dengan menguasai bahasa asing lainnya, paling tidak bisa membuka peluang pada seseorang untuk mendapatkan akses bekerja lebih mudah.
Hal tersebut diungkapkan Ruppert, ketika memberikan sambutan pada peresmian kegiatan yang juga dihadiri Wakil Direktur Goethe Institut Indonesia, Giesler, Walikota Mataram, HM Ruslan SH, Kepala Dinas Dikpora Kota Mataram, Drs HL Syafi’i MM, para pejabat Pemprov dan Pemkot, serta Kepala Sekolah se-Kota Mataram.
“Program ini bertujuan membangun jaringan internasional yang melibatkan sekitar 1000 sekolah mitra se-dunia, termasuk 10 sekolah di Indonesia, dimana SMAN 3 Mataram menjadi salah satunya yang terpilih,” kata Ruppert seraya menyampaikan, untuk itu Pemerintah Jerman tak segan mengeluarkan anggaran sebesar 45 juta Euro yang dikoordinir Kementerian Luar Negeri Jerman. Dan untuk Indonesia, dipercayakan pada Goethe Institut (Lembaga Kebudayaan Jerman) untuk mengelolanya.
Menurutnya, kerjasama melalui program Pasch seperti yang dilaksanakan dengan SMAN 3 Mataram ini, akan semakin berkembang untuk memperkokoh dan memantapkan pembelajaran Deutsch als Fremdsprace (DAF), atau Bahasa Jerman sebagai bahasa asing dalam sistem pendidikan nasional setempat.
“Artinya, dengan program Pasch ini, hubungan jangka panjang yang dinamis dengan Jerman akan berkembang. Dimana para guru dan siswa/siswi sekolah yang terpilih akan bersemangat dalam bertukar pikiran dan pengalaman dengan rekan-rekan mitranya seluruh dunia,” terang Ruppert.
Sementara Wakil Direktur Goethe Institut, Giesler, pada kesempatan serupa menyatakan. “Untuk meningkatkan kualifikasi siswa/siswi dan guru-guru sekolah mitra, kami juga menawarkan tambahan pendidikan khusus, sehingga lulusan sekolah-sekolah terpilih ini nantinya semakin terjamin kompetensi dan kualifikasinya,” ujarnya.
Untuk SMAN 3 Mataram sendiri bebernya, ada lima siswi kelas 11 yang berhasil lulus tes seleksi oleh Goethe Institut untuk mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Jerman, tiga siswi berangkat ke Jerman pada musim panas (Juni – Juli) mendatang, yakni Lailatul Hasanah, Ristika Tiasurya dan Ni Made Lina Anggraeni. Sementara dua siswi lainnya, Sintia Yosita berangkat ke Thailand, dan Anisa Riski Ramadani berhasil mendapatkan beasiswa melanjutkan kuliah ke SGU (Swiss German Uiversity).
“Untuk yang melanjutkan kuliah ke SGU, siswi tersebut akan diberikan beasiswa sebesar biaya kuliahnya pertahun sebesar Rp 198 juta. Hanya saja tak diberikan dalam bentuk uang tunai, tetapi berupa kesempatan untuk kuliah mendapatkan gelar S1 hingga selesai (empat tahun-red),” ucap Giesler.
Sedangkan Walikota Mataram, HM Ruslan SH, menyatakan apresiasi yang tinggi terhadap program peningkatan mutu pendidikan yang telah dilakukan Pemerintah Jerman dengan SMAN 3 Mataram tersebut. “Untuk Pemerintah Kota Mataram, kerjasama dengan Pemerintah Jerman bukanlah hal yang asing, mengingat kami juga pernah melaksanakan kerjasama pada bidang pemerintahan,” tuturnya.
Pihaknya berharap, apa yang dijalin ini, bisa diperluas ke bidang-bidang lainnya. “Hanya saja, kami berpesan pada siswa/siswi yang beruntung mendapatkan beasiswa berangkat ke Jerman, agar tak lupa dengan akidahnya, karena saat ini banyak orang didikan luar negeri yang setelah kembali kedaerahnya, kemudian membuat buku, bahwa Al Qur’an merupakan buah karya pikiran manusia,” ucap Ruslan.
“Untuk hal yang satu ini, Kota Mataram tak akan menolerirnya, karena daerah kami sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kerelijiusan,” tegas Ruslan.(sslelono)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar