Rabu, 12 Agustus 2009

Pariwisata NTB Perlu Ditangani Serius

Prospek industri pariwisata kedepan seperti digambarkan oleh World Tourism Organization (WTO), akan mengalami pertumbuhan rata- rata 4 persen setahun. Sehingga diperkirakan mobilitas wisatawan dunia akan mencapai target angka 1 milyar wisatawan internasional.

WTO memprediksikan, bahwa kawasan Asia – Pasifik termasuk Indonesia, bakal menjadi kawasan tujuan wisata utama yang mengalami pertumbuhan paling tinggi diantara kawasan lain di dunia. Dimana hal itu, tentu harus diimbangi dengan penguatan pengembangan produk dan pemasaran, serta pengembangan sumber daya manusia agar memiliki kompetensi dengan pesaing tingkat regional.
Pandangan tersebut disampaikan Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, Hengky Manurung, dalam workshop penyusunan travel pattern yang berlangsung 12 hingga 13 Agustus 2009 lalu di Hotel Sheraton, Senggigi, Lombok Barat.
“Karena itu, prospek strategis kedepan untuk wilayah NTB sebagai salah satu daerah yang telah ditunjuk menjadi destinasi pariwisata secara nasional, perlu ditangani secara serius dan profesional. Karena bagi Indonesia, khususnya NTB, sektor pariwisata telah memberikan konstribusi yang sangat berarti, baik dalam meningkatkan penerimaan devisa, meningkatkan lapangan kerja, menciptakan dampak ekonomi yang menjangkau mata rantai usaha ekonomi kerakyatan, hingga konstribusi dalm konteks pelestarian dan pengelolaan lingkungan, sumber daya alam dan budaya yang arif dan bijaksana,” kata Hengky.
Beberapa isu penting sebagai gambaran perkembangan lingkungan strategis pariwisata global diantaranya adalah kemajuan teknologi informasi, sehingga mengubah kecenderungan konsumen lebih bersifat point to point. Kemudian perkembangan permintaan untuk last minute travel, yang berpeluang terhadap perkembangan sistem reservasi yang cepat melalui media internet, selanjutnya perubahan pola konsumsi, tuntutan wisatawan atas produk – produk yang meiliki nilai tinggi, tanggung jawab pelestarian lingkungan dan tuntutan jaminan unsur safety dan security.
Dari berbagai uraian tersebut lanjut Hengky, kata kunci dalam menjawab dinamika kepariwisataan Indonesia kedepan, yakni kemampuan untuk menciptakan daya saing melalui paket – paket wisata. Karena salah satu kelemahan paket – paket wisata di Indonesia, selama ini masih terkesan monoton, kurang menarik dan disusun tanpa melalui penelitian mendalam dan pemetaan potensi secara sistematis dan terstruktur.
“Berkenaan dengan hal itu, untuk bisa menghasilkan paket – paket wisata yang memiliki daya saing, perlu dilakukan program – program pembuatan pola perjalanan yang mampu menggambarkan potensi daya tarik wisata di suatu daerah, dengan memasukkan potensi fasilitas dan aksesbilitas menuju daerah tujuan wisata,” saran Hengky.
Adanya travel pattern yang cukup komprehensif, tentu memudahkan dan membantu para pelaku pariwisata dalam menyusun dan menjual paket wisata sesuai kebutuhan pasar. “Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI sendiri, untuk tahun 2009 ini memprogramkan penyusunan travel pattern untuk destinasi wisata yang dinilai memiliki karakteristik unggulan (uniqueness), baik dari sisi alam, budaya, maupun kesiapan fasilitas dan aksesbilitas,” tuturnya.
Pada pertemuan yang dihadiri oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB, Dinas Perhubungan NTB, lembaga non pemerintah, serta agen-agen perjalanan wisata itu, hari pertama para peserta berhasil membahas potensi pengembangan paket wisata unggulan di NTB. Dimana ada lima paket wisata yang menjadi ungulan di pulau Lombok, yaitu City Tour, Sasak Tour, Waterfall Tour, Lombok Tengah and Lombok Timur Tour dan Highlight of Lombok Tour. Sementara untuk kepariwisataan di Pulau Sumbawa, ada Pulau Moyo (Kabupaten Sumbawa) dan Pantai Lakey (Kabupaten Dompu).
Pembahasan selanjutnya, yaitu tentang trend pariwisata international dan Indonesia, bahwa industri pariwisata cepat berkembang, dan selalu ada usaha untuk tetap diminati oleh pengunjung, baik dalam maupun luar negeri yang ingin menikmati suasana baru.
Diskusi kemudian dilanjutkan dengan membahas bagaimana kapasitas sarana transportasi dan itegrasi transportasi Indonesia, yang disampaikan langsung oleh Dinas Perhubungan NTB, bahwa tranportasi darat dan udara  di NTB khususnya, cukup memadai. Sementara untuk transportasi laut, juga sudah memiliki standar ISPS Code.
Hanya saja yang masih dianggap kurang dalam pelaksanaan oleh pelaku pariwisata, adalah minimnya armada pesawat untuk perjalanan dari dan keluar negeri, seperti dari Singapura ke Lombok. Selain itu masih ada kendala harga tiket pesawat dengan tujuan Lombok masih mahal. Wisatawan dari Jakarta yang ingin berkunjung ke Lombok, harga tiket lebih mahal daripada hendak pergi ke Malaysia atau Singapura sekalipun.
Namun demikian, ada angin segar yang bisa mendukung kepariwisataan NTB, dimana Pemerintah Daerah NTB menargetkan Bandara Internasional Lombok akan secepatnya beroperasi pada 2010 mendatang. Dan saat ini pembangunan Bandara masih dilakukan secara bertahap, dimana untuk lintasan pesawat sudah selesai.
Sementara Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia NTB, Drs HL Fatwir Utzali, yang dijumpai di sela acara menyatakan, isu pokok pariwisata yang terjadi di NTB yaitu masalah aksesibilitas pada daerah potensi wisata, khususnya masih minimya fasilitas dan keselamatan wisatawan, disiplin pengguna jalan rendah, dan masih terbatasnya kemampuan sumber daya manusia.
“Kendala lain, yaitu masih minimnya sarana pendukung seperti fasilitas penginapan, khususnya di daerah pedesaan dan daerah tiga Gili (Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air, serta kurangnya armada pesawat ke pulau Sumbawa. Selain juga usaha pemerintah untuk mendatangakan investasi wisata masih kurang menarik bagi para wisatawan atau investor, sehingga diharapkan masing-masing travel (agen wisata) saling melengkapi dan bertanggung jawab dalam pengembangan pariwisata di NTB,” kata Fatwir.(sslelono)       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar