Minggu, 06 November 2011

“Pathfinder Outbond” Desa Batu Kumbung

Memotivasi dan meningkatkan kinerja karyawan, dewasa ini banyak perusahaan, organisasi swasta, maupun pemerintahan yang berani mengeluarkan dana ekstra, mengirim karyawan ke tempat-tempat terpencil, pegunungan, dan pedesaan untuk mengikuti program pelatihan alam bebas atau Outbond.

Bagi sebagian orang, outbound memang terkesan sebagai aktivitas yang santai-santai saja, karena kegiatan yang dilakukan hanya seputar permainan yang seru dan menyenangkan saja.
“Tetapi jangan salah sangka, dibalik kegiatannya yang santai, dengan berbagai jenis permainan yang bersifat senang-senang tersebut, ada banyak manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan outbound ini,” ujar Sigit, pengelola Pathfinder Outbond di Desa Wisata Batu Kumbung, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat.
Mengikuti Outbond menurut Sigit, para peserta dididik untuk lebih mengenal sifat dan pribadi masing-masing, sehingga mereka lebih peka dan tanggap terhadap lingkungan dimana dia berada.
Selain itu, dengan berada di alam bebas, para peserta yang sehari-hari selalu berkutat dengan kesibukan dan rutinitas pekerjaannya, diharapkan bisa fresh sepulang dari mengikuti Outbond.
“Terpenting bagi peserta yang berasal dari lingkup organisasi maupun perusahaan, hasil akhirnya dapat meningkatkan rasa kebersamaan diantara sesama karyawan, dan mengembangkan potensi masing-masing individu setelah melalui serangkaian tantangan permainan yang menguras fisik maupun mental dalam Outbond. Sehingga ketika dihadapkan dengan dunia kerja di instansi masing-masing, mereka lebih siap menghadapi berbagai tantangan dalam bentuk apapun,” terang Sigit.
Sementara Agus, salah satu Trainer Pathfinder Outbond ketika dijumpai di sela kegiatan memandu rombongan peserta Outbond dari Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Mataram mengatakan, untuk peserta dari instansi atau perusahaan, biasanya mereka mengambil paket Team Building, yang terdiri dari 8 games dan wisata desa selama di lapangan, dengan tambahan permainan Cargo Net, serta Flying Fox di Base Camp.
Programnya sendiri, diawali dengan melepas para peserta yang telah terbagi dalam beberapa kelompok di Desa Lingsar, pagi sekitar pukul 08.00 Wita. Dimana selama perjalanan menuju ke Base Camp yang ada di Desa Wisata Batu Kumbung, para peserta akan melintasi desa-desa dan melihat kehidupan sehari-hari warganya.
“Ada 4 pos yang akan dilalui para peserta, dengan masing-masing pos memiliki tingkat permainan yang telah dirancang secara khusus sebagai media pembelajaran selama di lapangan,” ujar Agus.
Pos pertama lanjutnya, peserta selain disuguhi dengan pemandangan alam khas pedesaan (wisata desa), juga akan melihat permainan “Karapan Sapi”, atau balapan sapi di sawah. “Melihat permainan ini, para peserta diibaratkan sedang menonton sekelompok orang yang tengah berusaha membuat sebuah lembaga atau organisasi, dimana pemenang balapan sapi itu dihargai sebagai pemimpin,” jelasnya.
Berikutnya pos kedua, peserta dibawa ke perkebunan yang didalamnya juga terdapat kolam atau sungai untuk melakukan permainan water boom. Setiap kelompok peserta diharuskan mengisi sebuah pipa berlubang dengan air, dan pemenangnya adalah kelompok yang pertama kali berhasil mengeluarkan sebuah bola dari dalam pipa.
“Maksudnya, dalam sebuah lembaga yang baru berdiri, tentu memiliki kebocoran-kebocoran, atau kelemahan yang harus segera diperbaiki. Untuk itu, tentu dibutuhkan tim pekerja yang handal dan sanggup menambal berbagai kebocoran yang terjadi di perusahaan, sehingga bisa sehat,” ucap Agus.
Pos ketiga adalah permainan mempertahankan bendera, setiap kelompok harus mempertahankan wilayahnya masing-masing yang ditandai dengan bendera dari serangan kelompok lainnya. Maknanya, lembaga yang sudah mapan, tentu harus bisa mempertahankan bisnis yang dijalankan.
“Dan pos terakhir atau keempat, permainan bulldozer, setiap kelompok dengan mempergunakan kain atau terpal yang dijahit seperti kain sarung berdiameter sekitar 5 meter, adu balapan dengan kelompok lain. Artinya, untuk mencapai kesuksesan, roda perusahaan harus terus bergerak,” jelas Agus.
Sedangkan Humas IKIP Mataram, Cukup Wibowo, menyatakan arti penting dari permainan Outbond yang diikuti oleh seluruh staf IKIP Mataram tersebut. “Rutinitas padat yang kami lalui setiap hari di kampus, pasti akan membosankan, sehingga kami butuh rekreasi,” ucapnya.
Melalui Outbond sambungnya, ada dua hal yang didapatkan para staf kami. Selain pulangnya bisa lebih fresh, ada pelajaran lain yang bisa dihasilkan. “Lewat berbagai permainan alam bebas (outbond) ini, ada pesan kejujuran dan rasa kebersamaan yang berhasil kita dapatkan,” pungkas Cukup Wibowo.(sslelono)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar