Di Pulau Lombok, bisnis property mungkin tidak begitu populer, tetapi bukan berarti tidak ada pengusaha yang menekuni bisnis ini, walaupun masih sedikit saja orangnya, dan rata-rata adalah pengusaha luar daerah, bahkan luar negeri.
Dari yang sedikit itu, adalah Baiq Marliana, warga Kecamatan Mantang, Kabupaten Lombok Tengah, yang sukses meniti karir sebagai pengusaha bisnis property, khususnya jual beli lahan untuk pembangunan lokasi wisata.
Menurut pengakuan Baiq Marliana, atau yang akrab di sapa Ana ini, jalan hidup seseorang memang tak bisa diramalkan. Dia yang dulunya hanya berprofesi sebagai seorang pemandu wisata, ternyata sekarang bisa meraih sukses setelah menjadi pengusaha property.
“Terjun menjadi pengusaha property, adalah sesuatu yang tidak di sengaja bagi saya. Awalnya saya buta sama sekali dengan bisnis ini, tetapi dengan kemauan dan niat belajar yang tinggi, apalagi setelah menjalani bisnis ini secara langsung, ternyata semua bisa berjalan lancar,” ujar Ana mengawali kisahnya.
Kesempatan itu datang sekitar tahun 2005 lalu, yaitu ketika ada salah seorang pengusaha nasional, George Wenas, yang memiliki lokasi lahan di pantai Pandanan, Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, berniat untuk menjual lahannya. “Lokasi lahan di pantai Pandanan inilah yang kemudian menjadi lahan pertama saya menekuni bisnis property ini, dan ternyata sukses,” jelas Ana.
Suskes yang pertama tersebut, kemudian di susul dengan sukses-sukses lainnya. Sehingga sampai sekarang, lahan atau property yang dimiliki Ana, dan siap untuk kembali di jual kepada para investor, hampir tersebar di seluruh Pulau Lombok, seperti lokasi lahan yang ada di sekitar pantai Senggigi (Lombok Barat), pantai Sekotong (Lombok Barat), pantai Sire (Lombok Utara), pantai Medana (Lombok Utara), dan lainnya.
Melalui tangan dinginnya, ditambah dengan jaringan bisnisnya yang luas, Ana sendiri tak butuh waktu lama untuk mendapatkan investor yang hendak membeli lokasi lahannya yang memang strategis di lokasi wisata. “Minimal sebulan, lahan property yang saya miliki sudah laku terjual,” ujar Ana.
Selain investor local (penanaman modal dalam negeri), investor asing (penanaman modal asing) juga banyak yang tertarik untuk menanamkan modalnya di Lombok, khususnya dalam bidang pariwisata. Diantaranya yang pernah menjalin kerjasama dengan dirinya adalah investor asal Uni Emirat Arab, Negara-negara di Eropa, dan yang sekarang yang sedang trend adalah pengusaha dari Norwegia.
“Bahkan dalam waktu dekat ini, ada investor dari Belgia yang akan masuk untuk investasi membangun water park di sekitar sungai Meninting, di perbatasan antara Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram,” kata pengusaha muda yang mengaku menjadi pemandu wisata sejak tahun 1999 ini.
Namun demikian, kesuksesan yang di raih wanita cantik lulusan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Mataram dan Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Mataram, jurusan Bahasa Inggris ini bukannya tanpa kendala.
“Masalah birokrasi yang masih rumit, bahkan kerumitan ini sudah di mulai dari birokrasi di tingkat bawah sekalipun seperti Dusun, Desa, Camat, hingga BPN (Badan Pertanahan Nasional) dan Kantor Perpajakan,” ujarnya menyayangkan.
Selain itu, kesadaran masyarakat di Pulau Lombok, khususnya dalam hal kebersihan dan keamanan juga masih sangat minim. “Seperti yang pernah saya alami ketika sedang melihat lokasi lahan di sekitar pantai Kuta (Lombok Tengah). Mobil yang saya tinggal di pinggir jalan, karena lokasi lahan yang memang tak bisa dijangkau dengan kendaraan, ternyata ketika saya kembali, ban mobil saya itu sudah pecah akibat tusukan benda tajam,” ujar Ana seraya menyebutkan kejadian-kejadian criminal lainnya yang masih sering terjadi di sekitar jalan menuju pantai Kuta.
Terkait bisnis property, kendala lainnya yang sering dihadapi Ana adalah masih adanya sertifikat ganda yang dimiliki masyarakat. Sehingga ketika dia sudah mencapai kata sepakat tentang harga lahan dengan pemilik lahan, ternyata di belakang hari, ada masyarakat yang juga memiliki sertifikat tanah yang sudah saya beli tersebut. “Kondisi iklim seperti ini tentu saja tidak menguntungkan bagi kami pelaku bisnis property,” terang Ana.
Namun demikian, prinsip yang di pegang Ana sebagai bekalnya untuk terjun di dunia bisnis property ini juga kuat. “Kalau mau terjun dalam bisnis property ini, pertama kita harus bisa me-manage hati, setelah itu baru kita me-manage uang. Artinya, dalam menghadapi masalah sesulit apapun terkait bisnis property ini, yang paling utama dilakukan adalah mengedepankan kesabaran (manage hati), berikutnya kalau itu bisa dilakukan baru mengatur perusahaan (manage uang),” tegas Ana bijak.(sslelono)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar