Dalam kehidupan manusia di Pulau Lombok, dikenal berbagai macam upacara yang bersifat ritual adat, seperti peristiwa kelahiran anak, sunatan, perkawinan, kematian, dan lainnya. Dan adat istiadat yang diwariskan oleh leluhur secara turun temurun itu, hingga kini masih tetap lestari, dan terus dipertahankan.
Untuk mengetahui berbagai peristiwa adat yang mengiringi kehidupan manusia hingga kematiannya ini, maka mulai edisi ini, secara bersambung, kita akan menyajikan artikel tentang berbagai peristiwa adat yang terjadi dan menyertai langkah kehidupan orang Lombok, dimulai dengan peristiwa seputar kelahiran seorang anak.
Bagi masyarakat suku Sasak di Pulau Lombok, kelahiran seorang anak merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan yang harus ditandai dengan berbagai pelaksanaan ritual dan adat.
Menurut salah seorang tokoh masyarakat di Pulau Lombok, Datu Tashadi Putra, dalam peristiwa kelahiran anak ini ada tiga rangkaian adat yang penting, yakni Tukaq Ari Kakaq, Pedaq Api dan Ngurisan.
“Biasanya, ketiga ritual ini dilaksanakan di sekitar rumah, maupun di Masjid, dengan melibatkan para tetangga dan juga kerabat,” kata Datu Tashadi.
Pada tahap awal lanjut tokoh masyarakat Lombok yang juga Kepala Desa Tanjung, Lombok Utara ini, adalah pelaksanaan Tukaq Ari Kakaq, yang intinya adalah melakukan penguburan ari – ari bayi.
“Ritual ini dimulai dengan membersihkan ari – ari di dekat sumur, untuk kemudian ditempatkan dalam kuali, dengan berbagai macam perlengkapannya. Dimana penanaman ari – ari untuk anak laki – laki, biasanya dilakukan di pagar rumah. Sementara untuk anak perempuan di bawah cucuran atap,” ujar Datu Tashadi seraya menyatakan, bahwa secara keseluruhan ritual ini dilakukan di halaman rumah.
Ritual berikutnya adalah pelaksanaan Pedaq Api, yakni upacara memadamkan api bersamaan dengan putusnya pusar bayi. “Ritual ini dimulai dengan mensucikan ibu dan anak, kemudian mengambil api dari dapur, untuk selanjutnya dipadamkan di halaman rumah,” jelas Datu Tashadi.
Setelah itu lanjutnya, bayi diayun-ayunkan diatas bara api yang baru dipadamkan tersebut, diikuti kaum wanita yang umumnya masih keluarga, mengelilingi api sambil mengibaskan pakaian bagian bawahnya untuk mendapatkan asap hingga bara api itu padam.
“Usai acara ini, bayi kemudian diberikan nama, dan diberitahukan kepada para tetangga secara lisan. Dan rangkaian upacara ini diakhiri dengan selamatan, atau syukuran, yang dihadiri oleh para tokoh agama, tokoh masyarakat dan tamu undangan lainya,” terangnya.
Sedangkan tahap akhir dari ritual kelahiran anak ini adalah acara Ngurisan, atau mencukur rambut bayi, biasanya diselenggarakan saat anak berusia 7 bulan, hingga satu tahun. “Umumnya dilaksanakan oleh beberapa anak pada bulan Maulid Nabi Muhammad SAW, dan pemotongan rambutnya sendiri bisa dilakukan di rumah maupun di Masjid,” ujar Datu Tashadi.
“Selanjutnya dilakukan selamatan, dan rambut bayi yang dipotong itu kemudian di tanam di halaman rumah,” tambahnya.(sslelono)
terimakasih pak, atas publikasinya
BalasHapus