Jumat, 04 November 2011

Kerajinan Ingke Angkat Ekonomi Masyarakat Desa

Memberdayakan masyarakat desa, terutama kaum perempuan agar mampu mandiri dengan penghasilan yang cukup. Pemerintah Desa Medana, Kecamatan Tanjung, Lombok Utara, telah melaksanakan pelatihan program kerajinan tangan Ingke, piring makan yang terbuat dari stik (lidi) daun kelapa.

Di Lombok Utara, Ingke sebenarnya sudah tidak asing lagi. Pada mulanya, Ingke dipergunakan sebagai tempat Sesajen oleh ibu-ibu umat Hindu, di samping sebagai perabotan rumah tangga tempat berbagai macam makanan atau jajanan, buah-buahan dan juga bumbu dapur.
Tetapi di jaman modern sekarang ini, Ingke menjadi perabotan yang memiliki nilai yang unik, bahkan terkesan mewah. Apalagi di kalangan rumah tangga di perkotaan, Ingke mendapat tempat istimewa di antara perabotan rumah tangga lainnya.
Untuk menyuguhkan makanan dan buah-buahan dengan Ingke, terkesan sangat eksklusif. Di samping itu, pada acara-acara resepsi dan pesta, baik yang diselenggarakan pribadi, swasta maupun instansi pemerintah, Ingke adalah pilihan utama sebagai penggati piring.
Artinya dengan perkembangan seperti itu, maka Ingke saat ini telah menjadi salah satu komoditi ekonomi dari sektor kerajinan. Ingke dapat dikatakan sudah menjadi produk industri rumah tangga yang mampu menghasilkan pendapatan signifikan bagi para pekerjanya.
Di Lombok Utara, produk ini memiliki nilai jual yang cukup bagus, mulai dari harga Rp 2000 hingga Rp 2500 untuk satu unit Ingke. Bahkan produk ini juga diminati pasar diluar daerah pulau Lombok, seperti di Pulau Sumbawa.
Menurut Kepala Desa Medana, Jamaludin, dasar itu yang membuat sebagian masyarakat, khususnya di Desa Medana, memiliki inisiatif untuk mengembangkan kegiatan usaha yang satu ini. Apalagi pekerjaan tersebut bisa dikerjakan kapan saja, selama memiliki waktu luang.
Untuk di Desa Medana, kini telah dibentuk dua kelompok kegiatan, dengan satu kelompok beranggotakan 10 orang yang di pandu 2 orang tutor atau guru. Dengan jumlah penduduk desa sebesar 4.643 jiwa, dengan rata-rata penduduk belum memiliki pekerjaan tetap, khususnya kaum perempuan, pembuatan kerajinan tangan Ingke sangat cocok diterapkan untuk mengatasi pengangguran.
“Kita sudah melakukan pelatihan kepada anggota kelompok yang ada. Kita targetkan selama lima hari latihan, hasilnya sudah bisa maksimal,” kata Jamaludin seraya menyatakan, selain kaum perempuan, laki-laki juga berminat dengan program ini.
Kedepan, usaha ini bisa dipadukan dengan badan usaha milik desa yang sudah memilki program di bidang air bersih, listrik, maupun usaha simpan pinjam.
Terkait masalah bahan baku yang dipergunakan untuk pembuatan Ingke, sama sekali tidak memiliki masalah, karena di wilayah Tanjung, bahan bakunya masih sangat banyak. Hanya saja, harga bahan bakunya kini sudah mulai naik, jika sebelumnya berharga Rp 1000, sekarang naik menjadi Rp 1500 per ikat. Dalam hal ini, dukungan dari Pemerintah Lombok Utara dan dinas terkait, tentu sangat diharapkan untuk pemasaran Ingke kedepan.
Megawati, salah satu tutor pembuat kerajian tangan Ingke menambahkan. Yang paling ditekankan dalam menjalankan profesi ini, yaitu kesabaran dan ketelitian. Tetapi bagi para peserta pelatihan, dari lima hari jadwal latihan, baru dua hari berjalan saja saja sudah banyak yang bisa membuat Ingke.
Kalau kita fokus dalam pekerjaan ini, maka dalam sehari bisa menghasilkan sampai 25 unit Ingke. Artinya kalau dikalikan dengan harganya yang rata-rata sebesar Rp 2000, maka dalam sehari para pekerja bisa mendapatkan uang sebesar Rp 50.000.(sslelono)

1 komentar:

  1. '' bisa minta no kontak yang bisa dihubungi mas ?? saya lagi cari kerajinan ingke . . no kontak saya 085337798890

    BalasHapus