Jumat, 04 November 2011

The Rocking Boys From Mataram

Awal tahun 2000 silam, di Yogyakarta musik beraliran Pop ala Jikustik dan Sheila On 7 memang sedang naik daun. Terlebih Sheila On 7, sebuah Band lokal Yogyakarta yang mengawali berkuasanya industri rekaman mainstreem (major label-red), bisa mengatur selera musik masyarakat. Akibatnya, demam Sheila-pun terasa dimana-mana.
Kehadiran Grup Band “Tomstone” di berbagai ajang musik di Yogyakarta dengan mengusung lagu-lagu ala The Roling Stones, Bob Dylon, BB King, Aerosmith dan lainnya, menjadi sangat antik dan aneh. Keberadaan Tomstone yang keseluruhan personelnya adalah mahasiswa asal Mataram yang sedang menempuh kuliah di Yogyakarta tersebut, seperti hendak melawan arus.

Namun demikian menurut Cak, atau Hasan, salah seorang Mahasiswa asal Pagutan, Mataram, yang selama ini dipercaya menjadi juru bicara Tomstone menyatakan. Dengan memainkan lagu-lagu Band Legendaris tersebut, tetapi berdasarkan gaya mereka sendiri dan bukan menjiplak mereka, akan menjadi modal penting untuk memulai sebuah kreatifitas musik yang elegan.
“Kita tidak memainkan lagu-lagu dari The Roling Stones, tetapi Tomstone memainkan lagu yang diilhami oleh band legendaris asal Inggris ini. Karena itu, Sound yang keluar dari Tomstone tetaplah suara mereka sendiri,” jelas Cak.
Lebih lanjut Cak menerangkan, komposisi awal personel Tomestone terdiri dari Aan (mahasiswa asal Gomong, Mataram) pada gitar I, selanjutnya Erik (Pajang Timur, Mataram) posisi Gitar II, Ijank (Karang Bedil, Mataram) mengisi Bass, Hadi (Mataram) memegang Drum, Waru (Mataram) Keyboard, Anggun (Muhajirin, Dasan Agung, Mataram) dan Antok Peos (Mataram) sebagai Vokalis.
Sementara untuk awak Tomestone sendiri, ada Lutfi “Panjoel”, salah seorang Mahasiswa dari Jakarta keturunan Madura. Dimana dari Lutfi inilah, Aan dan Erik sering bergantung dengan gitar Gibson milik kakaknya yang diboyong dari jakarta. Dengan kondisi band yang mulai stabil, sangat mendukung kondisi mood dan taste (rasa) musik Tomestone. Akibatnya, tawaran manggung di berbagai Cafe-Cafe di Yogyakarta-pun mulai bejibun.
Akhir 2000, dalam sebuah Festival musik se-Yogyakarta dan Jawa Tengah, Tomestone berhasil meraih juara dengan lagunya yang berjudul “Aku dan Kamu”. Setelah itu, lagu-lagu lain milik Tomestone juga ikut lahir, seperti Mercy-Mercy, Nona Susie, Suatu Waktu Dalam Hujan, Bukan Puisi, Santa Fee, Aku Ingin Pulang dan banyak lagi lainnya.
Kemudian tahun 2003, dalam Jakarta Musik Fetival (JMF), nama Tomestone sempat berganti menjadi “Brong”, sebuah kata slang yang sangat dikenal anak-anak muda Mataram. Pada ajang ini, Brong atau Tomestone, berhasil masuk dalam 15 besar band favorit juara, dari sekian band berbagai daerah di Indonesia.
“Pulang dari Jakarta, sebagian personel Tomestone pulang kampung ke Mataram, karena masa tugas sebagai Mahasiswa telah berakhir. Di Yogya, hanya Erik dan Ijank yang masih tersisa. Namun demikian, perpisahan sementara ini justeru menjadikan para personel Tomestone menjadi semakin matang dalam bermusik. Contohnya Anggun dan Aan, memanfaatkan waktunya di Mataram untuk berkolaborasi dengan para musisi senior Mataram seperti Markus dan Mr Blues (Pemusik warga Austria yang bermukim di Lombok).
Beberapa saat sebelum terjadi gempa tektonik, awal 2006, seluruh personel Tomstone kembali di Yokyakarta dan bertekad menyelesaikan rencananya “take” lagu di sebuah studio rekaman. Sementara penabuh drum yang lowong sejak ditinggal Hadi, yang bekerja di sebuah perusahaan tambang di Kalimantan, posisinya digantikan Erwyn, salah seorang mahasiswa dari Yogyakarta, jebolan sekolah musik.
Dengan bantuan seniman dan pemusik-pemusik kawakan Yogyakarta seperti Djaduk Ferianto, Agus Suwage dan Bagong Kusudiarjo, Tomestone akhirnya berhasil menyelesaikan proses “Take” maupun “Mixing” untuk album perdananya yang diberi titel “Nyanyikan Yang Ada”. Selanjutnya, materi yang sudah jadi tersebut di bawa ke Bandung untuk digandakan dalam bentuk kaset dan CD.
“Akhirnya, dengan bantuan Kang Ary (Ary Julian, musisi Bandung tinggal di Mataram), dan Kang Mukti, keduanga adalah Presiden dan Sekjen Indie Label Indonesia, proses penggandaan kaset dan CD album Tomstone, bisa diselesaikan,” papar Cak seraya menyampaikan, kini album Tomestone sudah beredar luas di Yogyakarta, Kediri, Malang, Jakarta dan juga Lombok.(sslelono)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar