Selasa, 06 Desember 2011

Rusa, Ikon NTB Yang Populasinya Terus Menurun

Menurunnya populasi binatang Rusa (Cervus Timorensi) dari tahun ke tahun di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), seharusnya menjadi perhatian berbagai kalangan, mengingat hewan yang termasuk langka dan dilindungi Undang-Undang ini adalah ikon daerah NTB, sebagaimana tertuang dalam lambang daerah.

"Sungguh akan ironis kalau hewan yang menjadi ikon daerah, dan gambarnya melekat dimana-mana sebagai lambang daerah ini sampai punah,” kata Pelaksana Harian Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) NTB, Ramsjah, SH.
Menurut data yang ada di BKSDA NTB, sekitar tahun 1980 lalu, populasi Rusa masih banyak tersebar di berbagai lokasi, baik di Pulau Lombok seperti di hutan Gunung Rinjani, dan Taman Wisata Berburu Tuna (Kabupaten Lombok Tengah). Sedangkan di Pulau Sumbawa, Rusa terdapat di hutan Gunung Tambora, Pulau Moyo (Kabupaten Sumbawa), Cagar Alam Lambu dan Pulau Sangiang (Kabupaten Bima), serta di Pulau Satonda (Kabupaten Dompu).
Survey yang dilakukan BKSDA NTB tahun 1985 lalu, di Pulau Moyo masih terdapat sekitar 6.000 ekor Rusa. Hanya saja, jumlah itu sudah jauh menurun pada survey yang dilakukan di tempat yang sama tahun 1995 menjadi sekitar 3.000 ekor saja. Sementara pada survey tahun 2005 tercatat tinggal sekitar 1.000 ekor Rusa.
Diakui, sejauh ini memang belum ada survey secara menyeluruh jumlah populasi Rusa di NTB. “Survey hanya kami lakukan di Pulau Moyo, Kabupaten Sumbawa saja, yang kita laksanakan setiap 10 tahun sekali pada tahun 1985, 1995, dan 2005,” jelas Ramsjah.
Namun demikian lanjutnya, hasil survey yang dilakukan di Pulau Moyo tersebut bisa menjadi pedoman untuk memperkirakan seperti apa penurunan populasi Rusa secara keseluruhan di Provinsi NTB. “Menurut perkiraan, angka rata-rata penurunan populasi Rusa di seluruh NTB mencapai 60 hingga 80 persen sepanjang kurun 20 tahun,” ujar Ramsjah.
Pulau Moyo sendiri, merupakan salah satu dari 20 lokasi kawasan konservasi alam yang dikelola langsung oleh BKSDA NTB, selebihnya yang juga dikelola adalah taman wisata alam, taman wisata berburu, dan cagar alam.
Perburuan liar yang menurut Ramsjah menjadi penyebab utama turunnya populasi Rusa di NTB. Seperti awal Agustus 2010 kemarin, pihak BKSDA NTB mengamankan empat orang anggota Perbakin Jember, Jawa Timur, yang kedapatan berburu Rusa di wilayah Pulau Sumbawa.
”Mereka ditangkap di Pelabuhan Lombok Timur ketika hendak kembali ke Jember dengan membawa daging Rusa hasil buruannya. Dan saat ini mereka masih kita lakukan proses secara hukum,” ujar Ramsjah seraya menyayangkan, bahwa kedatangan anggota Perbakin Jember tersebut justeru atas undangan Bupati Dompu.
“Hal ini sekaligus menunjukkan, bahwa Pemerintah Daerah sendiri masih belum memahami undang-undang, apalagi turut melindungi populasi Rusa di wilayahnya,” katanya menyayangkan.
Lantas, tindakan apa yang dilakukan BKSDA NTB agar populasi Rusa di NTB ini agar tidak selalu berkurang pupulasinya? “Sebagai upaya pelestarian, sejak tahun 2004 lalu kita telah mengeluarkan ijin penangkaran rusa untuk masyarakat umum. Saat ini tercatat sebanyak 45 unit penangkaran Rusa masyarakat di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, dengan jumlah populasi Rusa mencapai 200 ekor,” sebutnya.
Ijin yang dikeluarkan tersebut akan berlaku selama lima tahun, dimana dalam aturannya setiap lima tahun pemegang ijin wajib menyerahkan 10 persen hasil perkembangbiakan Rusa yang telah ditangkarkan ke BKSDA, untuk kemudian dilepaskan kembali ke habitatnya.
“Awal tahun 2011 nanti, kami berencana akan melepaskan kembali 15 ekor Rusa hasil penangkaran ke habitatnya di kawasan Gunung Tambora,” terang Ramsjah.
Hanya saja, upaya pelestarian yang dilakukan BKSDA NTB dengan cara memberikan kesempatan penangkaran kepada masyarakat umum ini tidak mungkin dapat berjalan maksimal, jika tanpa keterlibatan, atau dukungan dari Pemerintah Daerah.(sslelono)

3 komentar:

  1. Dulu. Tahun 1970. Yg banyak menangkap rusa di daerah Doro Peti Kempo adalah perburuan tradisional dg penggunaan tali yg di manterai. Rusa besar kecil maupun yg hamil kena tangkap. Kalau yg diburu dg senapan. Selama 2 thn saya bertugas di Doro Sambi (sambil pulang berburu malam di padang alang2 Sorri Uttu. Rusa yg saya dapat idak lebih dari 6 ekor).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mari kita lindungi rusa daera Bima. Kasihanilah mereka. Mereka juga ingin hidup dan menpunyai keturunan seperti bitang2 yang lain nya

      Hapus